Minggu, 06 Desember 2009

Berpikir Seperti Orang jenius

Saat Einstein diberi pertanyaan apakah yang membedakan dirinya dengan orang pada umumnya, dia langsung menjawab jika ada seseorang disuruh mencari sebuah jarum yang jatuh di tumpukan jerami, maka dia akan berusaha keras menemukan jarum itu. Tapi setelah jarum itu diketemukan, dia akan berhenti mencarinya. Berbeda dengan Einstein, dia akan mengobrak-abrik seluruh jerami itu untuk menemukan kemungkinan adanya jarum-jarum lain di antara jerami itu.

Kadang kita terheran-heran bagaimana cara para orang jenius itu berpikir dan menemukan ide-ide brilian yang baru, kaya, bervariasi, dan otentik atau mampu memecahkan masalah yang sulit untuk dipecahkan oleh semua orang. Dalam bukunya Cracking Creativity (Secrets of Creative Genius) yang ditulis oleh Michael Michalko, dia mengungkapkan strategi yang umum dalam gaya berpikir seorang yang jenius dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, dan industri. Cara berpikir orang jenius dapat digolongkan seperti dibawah ini:

Orang jenius melihat masalah-masalah dalam banyak cara. Orang jenius sering mencari prespektif baru yang tidak ada orang lain yang menemukannya. Leonardo da Vinci percaya bahwa untuk memperoleh pengetahuan mengenai bentuk dari masalah-masalah, anda harus memulai dengan belajar bagaimana merestrukturkannya dalam banyak cara berbeda. Dia merasa saat pertama kali melihat suatu masalah akan bias jika dia menggunakan cara biasa untuk melihat suatu masalah, maka dia akan merestrukturkan masalahnya dengan melihat dari satu perspektif dan bergerak menuju perspektif lain. Dengan cara itu, dia akan menemukan inti dari masalahnya. Teori relativitas Einstein merupakan sebuah diskripsi dari interaksi antara berbagai macam perspektif. Metode analisis Freud dirancang untuk menemukan secara detail metode yang tidak sesuai dengan perspektif tradisional agar menemukan sudut pandang yang benar-benar baru. Jadi jika anda ingin menyelesaikan masalah secara kreatif, anda harus meninggalkan perspektif dari pengalaman masa lalu dan membuat kembali suatu konsep tentang masalah tersebut. Dengan tidak hanya berpijak pada satu perspektif, anda bukan hanya akan menyelesaikan masalah anda tapi juga menemukan sesuatu yang baru.

Orang jenius akan membuat pemikiran mereka dapat dilihat oleh orang lain. Di jaman Renaissance, Da Vinci dan Galileo sering menggunakan lukisan, grafik, peta, dan diagram untuk menjelaskan pemikirannya, sedangkan para pemikir pada jamannya hanya menggunakan matematika dan bahasa verbal. Begitu juga Einstein, dia selalu menemukan cara untuk memformulakan subjek penelitiannya dalam cara yang sebanyak mungkin termasuk menggunakan diagram.

Orang jenius biasanya sangat produktif. Salah satu ciri orang jenius adalah dia mempunyai produktifitas yang sangat tinggi. Thomas Edison telah mematenkan 1093 penemuan dan masih menjadi rekor dunia dari seorang penemu. Dia mampu menemukan penemuan kecil setiap 10 hari dan penemuan besar setiap enam bulan sekali. Bach menulis kantata setiap minggu, bahkan jika dia sedang sakit atau kelelahan, dia terus menulis kantata. Mozart telah menghasilkan enam ratus komposisi. Einstein juga telah mempublikasikan 248 paper selain papernya tentang relativitas yang sangat terkenal. Dari penelitian Davis di Universitas Kalifornia terhadap 2036 ilmuwan, dia menemukan kebanyakan ilmuwan menghasilkan bukan hanya karya besar, tapi juga karya yang buruk. Dari kuantitas karya yang sangat banyak akan menghasilkan kualitas yang baik pula. Orang jenius itu sangat produktif. Titik.

3. Orang jenius itu membuat kombinasi baru. Orang jenius akan membuat banyak kombinasi baru daripada yang lain dan menyeleksi dari berbagai macam pandangan. Dia akan mengkombinasikan dan mengkombinasikan kembali ide-ide, imaji, dan pemikirannya dalam berbagai macam kombinasi di pikiran sadar atau bawah sadarnya. Rumus Einstein E=mc2 tidak begitu saja mengkombinasikan konsep antara masa, energi, dan kecepatan cahaya, melainkan dia mampu melihat konsep ini dengan cara lain. Greogor Mendel menemukan ilmu pengetahuan mengenai genetik dan hukum mengenai keturunan berdasarkan kombinasinya antara matematika dan biologi yang menghasilkan ilmu baru.

Orang jenius akan menghubung-hubungkan. Salah satu ciri orang jenius adalah dia mampu menghubungkan antara subjek yang tidak ada hubungannya, sedangkan orang lain tidak mampu melakukannya. Leonardo menghubungkan antara suara bel dengan batu yang jatuh di air, lalu dia membuat kesimpulan bahwa suara menjalar melalui gelombang. Saat Samuel Morse sedang sibuk mencari bagaimana cara menghasilkan signal telegraph yang cukup kuat untuk diterima dari satu kota ke kota yang lain, dia melihat kuda yang diikat dipertukarkan di stasiun pemancar, lalu dia menghubungkan antara stasiun pemancar kuda ini dengan signal yang kuat.

Orang jenius berpikir berlawanan. Seorang fisikawan dan filosof David Bohm percaya jika orang jenius mampu berpikir berbeda karena mereka dapat mentoleransi ambivalensi antara dua subjek yang berlawanan atau bertentangan. Neils Bohr percaya jika anda menghubungkan dua subjek yang berlawanan, lalu anda akan membuat pikiran anda masuk ke dalam tingkatan yang baru. Penemuan Thomas Edison tentang lampu pijar dianggap tidak mungkin oleh para pemikir konvensional karena dia menghubungkan antara hal-hal yang bertentangan.

Orang jenius akan berpikir menggunakan metafor. Aristoteles mengangap metafor sebagai tanda dari seorang jenius, dia percaya bahwa seseorang yang mempunyai kapasitas melihat kemiripan di atara dua bidang yang berbeda dan menghubungkannya adalah tanda dari orang jenius. Alexander Graham Bell membuat analogi antara cara kerja telinga dengan pergerakan sepotong membran yang kuat untuk menggerakan baja, lalu dia berhasil menemukan telepon. Einstein menjelaskan hukum-hukum relativitasnya dengan menggunakan analogi dalam kehidupan kita sehari-hari seperti saat mendayung perahu atau berdiri di dasar lantai saat kereta melintas.

Orang jenius mempersiapkan diri untuk menghadapi kesempatan. Saat kita mencoba sesuatu dan gagal, kadang kita melakukan sesuatu yang lain atau sebuah kecelakaan yang kreatif seperti konsep serendipity yang saya kupas di atas. Tapi hal ini bukan sebuah keberuntungan, tapi suatu wawasan yang kreatif pada tingkat tinggi seperti yang dilakukan Alexander Fleaming. Saat Thomas Edison sedang bermain dengan dempul untuk menemukan kawat pijar karbon, dia membalik dan memutar jarinya, saat dia melihat tangannya, ternyata jawabannya ada di depan matanya: karbon yang terpelintir seperti seutas tali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar